Selasa, 05 April 2011

Renungan

RENUNGAN DALAM KERINDUAN ATAS JAWABAN DOA
Tuhan, tiga puluh enam tahun lalu,(2005) saya tidak pernah berpikir lagi tentang menikah apalagi akan memiliki anak . setelah saya pernah mengalami kegagalan cinta, selain tanggung jawab besarku membantu adek adekku sekolah sejak mama yang kami cintai kau panggil ke sisi Mu.
Dua tahun kemudian ternyata Tuhan padankan saya dengan seorang pria yang sebenarnya bukan kriteria yang pernah saya dambakan, semisal dapat bernyanyi, memainkan instrumen, aktivis gerja dan lainnya. Dialah suamiku yang setia menopang ,mendorong sekaligus mendidik saya menjadi lebih sabar, lebih kuat dan lebih tahan uji.
Karena suamiku yang sejak 31 tahun lalu tidak lagi dapat berperan sebagai pencari nafkah , campur aduk masalah yang harus kuhadapi.Kesehatan pysik nya yang rentan mempengaruhi kesehatan mental, membuat mudah tersinggung, sensitif dan peka terhadap semua situasi. Di satu pihak Dia menjadi figur ayah yang memimpin keluarga, di lain fihak Dia seorang yang lamban dalam mengambil keputusan , namun profil dan penampilan bagai Direktur perusahaan , selalu tampil rapih dan tidak pernah suka melihat ketidakteraturan.
Seiring berjalannya waktu, karir saya sebagai pegawai negeri menuntut waktu dan pikiran yang serius, persaingan yang besar selain perlakuan yang sering diskriminatif harus kuhadapi , tetapi peluang untuk maju terpampang di hadapanku. Terkadang suamiku cemburu…, berprasangka negatif jika saya sering pulang terlambat, bepergian ke luar kota dan tidak dapat menghubungi mereka dari jauh.( saat itu tidak ada handphone dan komunikasi masih terkadang sulit di daerah.
Tuhan , apa yang kau inginkan dariku? Mampukah saya melewati ini semuanya? Kebutuhan anak anakku harus kupenuhi, mereka harus sekolah , tidak ada yang dapat kuberikan selain kasih sayang , perhatian dan doa. Mereka kau titipkan kepada kami. Kami ingin mereka berhasil melewati masa masa sulit dalam hidupnya kelak. Tentang suamiku, Saya akan buktikan janjiku “ akan setia sampai maut memisahkan kami” Apapun keadaannya akan kubuktikan “ Dia (suamiku) adalah kepala keluarga yang harus kuhormati, tidak boleh seorang pun menganggap dia rendah. Itulah kesetaraan gender dalam keluarga. Saya menjadi perempuan ibu karir dan suamiku menjadi laki laki( ayah) rumahtangga. Tanpa suami yang setia, tidak mungkin saya menyelesaikan studi S2, tidak mungkin pula saya dapat mengikuti pendidikan di Kiyoto dan Saitama Ken ( Jepang) bahkan sampai ke Manheim( Jerman) , dan menjadi delegasi RI untuk program Earlychild Development , UNICEF DAN UNESCO , mulai di Singapore, Ilo ilo city ( Philipine); Bangkok ( Thailand) ; Hanoi, Chiang Rai ( Vietnam); Kuala lumpur ( malaysya) . Hampir seluruh provinsi di Indonesia sudah aku jalani dalam melaksanakan tugas sebagai penanggung jawab program pemberdayaan perempuan, masa saya tidak berdaya membangun keluarga ini menjadi bahagia dan harmonis? Aku janji Tuhan!
Seorang Bapa yang mendampingi dan mengawasi anak anak kami .Dialah suamiku yang menghantarkan anak anaknya ke sekolah, kursus, latihan paduan suara hingga anak anakkku Engkau hantarkan keliling dunia Ke Manila, (Philiphin) ,Singapore; Jerman, Amerika, Holland, menyanyi dalam paduan suara, mengikuti kompetisi nasional maupun internasional, Asean bahkan Dunia. Terima kasih Tuhan!
Anak anak kami sudah berhasil dalam pendidikan, tanpa susah payah mereka mendapatkan pekerjaan ,kini mereka telah dewasa, bahkan sudah matang dalam usia, kami sudah menikmati sebagian dari jerihpayah mereka, bahkan mereka sudah dapat menyekolahkan dirinya sendiri melanjutkan pendidikannya hingga ke strata 1. Anggaran pendidikan kami yang terbatas tidak jadi penghalang meski merka hanya sampai program diploma 3. Terima kasih Tuhan!
Kini usiaku sudah menjelang pensiun, saya merenungkan betapa kasih setia Tuhan senantiasa membimbing keluarga kami. Apa yang telah kuberikan pada Mu Tuhan? Apa yang telah dapat kami persembahkan bagi kerajaan Tuhan di dunia ini? Melalui pekerjaan dan karya kami mendapat berkatMu, rumah yang nyaman, lingkungan yang aman, kendaraan pribadi, tetangga yang semuanya saling mengenal dan ramah serta kebebasan beribadah semua enkau berikan. Terima kasih Tuhan!
Oh iya satu lagi Tuhan , saya ingat janji kami waktu membawa anak anak kami dalam babtisan kudus, Membawa dan mengajak mereka ke gereja KRISTEN PROTESTAN. Ya Tuhan saya melakukannya hingga mereka lepas sidi , masa kuliah sampai selesai kuliahnya. Mereka bertumbuh dalam iman kristiani dan ajaran protestan, tetapi sekarang harus aku akui bahwa sebagian besar waktu mereka kini dalam beribadah tidak lagi bersama sama dengan saya dan suamiku di gereja Kristen Protestan.
Salahkah saya Tuhan? Suamiku sering berkata, “ingatkan anak anak akan masa lalunya, pergi dan pulang selalu ke gereja bersama, apapun yang kita doakan , Tuhan kabulkan! Sekarang doa kita mohon agar Tuhan menunjukkan , mengirimkan pasangan hidup untuk anak anak kita, belum terjawab, usiaku hampir 67 tahun, kapan lagi kita bersama seperti dulu lagi? Iman saya merindukan kebersamaan pergi ke Gereja seperti dahulu akan terjadi, jika tidak bisa setiap minggu, sekali sebulan, atau sekali tiga bulan, bahkan sekali enambulan, sekali setahun pun, sudah jarang sekali bersama sama. Apakah Paskah tahun ini masih Tuhan izinkan kita beribadah bersama di gereja kita? Demikian keluhan suamiku. Aku mohon Tuhan!
Tuhan ! ampuni saya, tolong saya Tuhan menepati janji itu. Berilah jawab atas Doa ku ini. Terima kasih Tuhanku!AMIN
Bekasi , 28 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar