Selasa, 31 Maret 2015

Singapura baru saja kehilangan arsitek utama dan bapak bangsa negeri itu. Kemarin aku menyaksikan dokumentari di kanal Discovery yang berjudul Father of a Nation: Lee Kuan Yew. Menyaksikan bagaimana Lee Kuan Yew dan istri beliau Kwa Geok Choo yang begitu sederhana, begitu punya integritas, begitu setia pada nilai-nilai yang mereka percaya. Usai menonton, aku duduk termenung dengan kepala penuh tanya, bagaimana membesarkan anak agar bekerja keras, rendah hati, dan mempunyai prinsip yang teguh.


Bersyukur kita hidup di era sosial media di mana berbagi jadi mudah dan cepat, dan pagi tadi aku lihat seorang berbagi artikel dari Singapore Parenting Magazine dengan tajuk 10 Parenting Lessons to Learn from Lee Kuan Yew. Aha, ini dia yang aku cari! Dengan semangat berbagi karena sudah bersyukur mendapat apa yang belum lama aku ingin temui, aku coba terjemahkan dan sarikan di tulisan kali ini.
1. Ajari anak untuk berhemat.Hemat akan mengajari anak untuk panjang akal dan berhati-hati dengan apa yang mereka punya. Hal ini juga mengajari anak untuk menghargai apa yang mereka punya: rumah yang nyaman untuk ditinggali, kebutuhan dasar seperti pakaian, makanan, air, dan keluarga yang penuh dengan kasih sayang yang tercurah. Walau Lee dan istri hidup dengan penuh kemudahan, mereka menanamkan pentingnya hidup hemat sejak anak-anak mereka kecil. "Kami harus menutup keran air dengan baik. Kalau orang tua kami mendapati ada air yang masih menetes saja dari keran, kami akan ditegur. Saat meninggalkan kamar, maka lampu dan pendingin ruangan harus dimatikan," begitu kata salah satu anak mereka Dr Lee Wei Ling pada salah satu koran di Singapura. Lewat peraturan dasar seperti inilah nilai-nilai syukur dapat diajarkan sambil pula mengajarkan nilai-nilai uang. 
2. Hormati setiap orang.Salah satu nilai penting yang dapat diajarkan pada anak adalah bahwa setiap orang, tanpa memandang keluarga atau latar belakang, berhak mendapatkan perlakuan dengan penuh rasa hormat dan menjunjung tinggi harga diri. Menurut putri Lee Kuan Yew, Lee Wei Ling, begitulah cara orang tuanya membesarkannya. Ia dan saudaranya diajari untuk tidak berlaku seperti anak seorang perdana menteri dan berharap orang akan memperlakukan mereka dengan berbeda. "Hasilnya, kami memperlakukan semua orang -kawan, pekerja, dan menteri kabinet- dengan cara yang sama. Pengawal ayah menjadi teman kami," demikian katanya. 
3.  Nikmati kesenangan hidup yang sederhana.Tak perlu melimpahkan anak dengan mainan terbaru atau liburan yang mahal untuk menunjukkan cinta pada anak. Bahkan hal sederhana seperti bermain di taman bersama anak dapat serta merta membuatnya tertawa senang, yang tentunya akan terus dikenang anak sampai ia dewasa. Kenangan terindah dari PM Lee Hsien Loong adalah perjalanan pendek dan saat bersantai yang ia nikmati dengan keluarga dan ayah-ibunya. Ia ingat saat berumur lima atau enam tahun sang ayah membawanya dan saudara-saudaranya ke daerah bernama Tanglin Halt di malam hari, dan menyaksikan kereta api lewat. "Sungguh senang berada di luar bersama seperti itu," kenang sang perdana menteri Singapura saat ini. 
4. Tak usah beri tekanan yang tidak perlu pada anak.Orangtua di Singapura sering tergoda untuk memasang target pengharapan yang tinggi pada perkembangan dan pencapaian anak. Meski maksud dan motivasi orangtua pasti baik yaitu agar anak mengoptimalkan kemampuan mereka, penting untuk diingat bahwa anak harus mendapatkan hak mereka untuk menikmati masa kecil mereka sebelum berurusan dengan keputusan hidup yang rumit di saat mereka dewasa. Di wawancaranya, putra Lee Kuan Yew, Lee Hsien Yang berkata: "Menurut saya orang tua yang baik mampu untuk membimbing anak tanpa membuat anak merasa dipaksa." Di saat yang sama PM Lee Hsien Loong dan Lee Wei Ling juga berbagi, walau pun ayah mereka adalah seorang perdana menteri saat mereka tumbuh, mereka tidak dipaksa untuk berprestasi di sekolah. "Saya bukan salah satu siswa teratas di sekolah. Selama saya mengerjakan yang terbaik yang saya bisa dan mengatur kehidupan saya dengan baik, orang tua kami sudah senang," kata PM Lee. 
5. Selalu percaya pada cita-cita anak.Seberapa seringkah seorang anak berusia lima tahun berkata bahwa ia ingin jadi dokter saat besar nanti, lalu ingin menjadi astronot keesokanharinya? Bagaimana seharusnya reaksi orangtua pada perubahan cita-cita anak yang begitu cepat ini? Ada satu hal yang dapat kita pelajari dari mantan Minister Mentor Lee Kuan Yew tentang hal ini: Saat anak menunjukkan hasrat pada satu hal, yang tepat yang dapat dilakukan orang tua adalah melakukan apa saja untuk membantu anak agar hal tersebut dapat tercapai. PM Lee mengutip contoh yang tepat dalam hal di atas. Ketika ia memutuskan untuk belajar musik saat melihat alat musik recorder yang dibeli orangtuanya untuk salah satu saudaranya, permintaannya untuk belajar musik langsung dikabulkan oleh orangtuanya. Dari belajar musik ia lalu memutuskan untuk bermain alat musik klarinet di grup musiknya, untuk lalu memperlihatkan ketertarikan dalam bermain alat musik tiup tuba. Orang tua dapat melakukan hal yang sama pada anak. Jangan pernah remehkan mimpi anak meskipun sering berubah-ubah. Siapa yang akan menyangka bahwa hal yang diinginkan anak adalah pilihan karir hidupnya? 
6. Hormati yang lebih tua.Satu hal yang penting dalam pengasuhan anak di Asia yang perlahan berkurang dalam keluarga sekarang adalah kebutuhan untuk menunjukkan rasa hormat pada yang lebih tua dan anggota keluarga lain. Menurut PM Lee walau ia dan saudaranya tumbuh dalam keluarga yang santai, tapi ketiga anak diharapkan untuk bersikap baik dan berbicara dengan sopan dengan seluruh anggota keluarga. "Menurut saya hal itulah di mana orang tua kami lebih ketat dibanding orang tua sekarang," katanya. Menunjukkan rasa hormat adalah hal tak ternilai agar anak belajar di jalur perilaku yang benar terutama saat mereka berhadapan dengan yang lebih tua. Orangtua juga harus memberi contoh saat berinteraksi dengan para orangtua dan ipar mereka. Anak belajar dari hal yang dicontohkan orang yang mereka percaya dan cintai seperti orang tua dan pengasuh. 
7. Hadirlah dalam kehidupan anak.Berbicara tentang peran Lee Kuan Yew sebagai ayah, PM Lee berkata: "Ia seorang ayah yang ketat dan baik. Walau pun banyak menyerahkan pengasuhan anak pada ibu saya karena kesibukannya dalam politik dan tanggungjawabnya, tapi saat saya perlu ia selalu ada. Dalam situasi sulit, penting posisinya dalam keluarga." Perdana menteri Lee juga berbagi bagaimana cara yang ditempuh ayahnya untuk selalu berkomunikasi dengannya dan saudaranya, bahkan saat sedang bepergian. "Ia menulis untuk kami, dan ibu pun menulis untuk kami setiap minggu. Suratnya didiktekan, diketik, lalu ia periksa dan dibetulkan, ditambah sesuatu, atau diperpanjang satu atau dua paragraf lagi dalam tulisan tangan sebelum dikirim. Saya masih menyimpannya." Jadi sempatkan untuk duduk dan berbicara dengan anak untuk beberapa saat dan bertanya bagaimana hari mereka. Ini adalah saat yang baik untuk menciptakan hubungan baik dengan mereka, dan memberi mereka nasehat agar mereka dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi. 
8. Semangati anak betapa berharganya kerja keras.Dengan mengamati ayahnya bekerja, PM Lee diberi contoh kerjakeras dan prinsip-prinsip betapa segala dapat dibuat lebih baik oleh ayahnya. "Menyaksikan bagaimana ayah berjuang, bekerja, dan berusaha dalam menyelesaikan beragam masalah dan tantangan, menurut saya itu satu inspirasi yang besar buat saya," ujarnya. Satu contoh yang disebut PM Lee luar biasa adalah saat ayahnya belajar bahasa Mandarin dengan cara mendengarkan rekaman, berlatih dengan guru dan mendengarkan rekaman kembali saat berlatih, bahkan di akhir pekan. Menurut PM Lee ayahnya selalu mengerjakan hal rutin tersebut bahkan sampai di usia senja sebab ayahnya tidak ingin kehilangan kemampuan bahasa tersebut. Dengan memberi contoh, orang tua dapat mengajarkan anak bahwa kerja keras itu akan terbayarkan. Ikut terlibat dalam proyek dengan anak, seperti belajar musik bersama, dan berlatih sampai dapat memainkan dengan pro lagu kesukaan kalian bersama. Mencapai satu misi bersama memberi kepuasan yang luar biasa, dan dengan berjalannya waktu anak akan belajar bahwa kerja keras diganjar dengan beragam imbalan yang melimpah. 
9. Tak usah terlalu lama berada dalam penyesalan.Hidup tidaklah pernah sempurna, dan ada saatnya hal berjalan sesuai rencana kita. Walau pun hal ini terjadi, sungguh penting untuk mengajari anak untuk bangkit dan menatap ke depan, tak usah lama menyesali apa yang terjadi. Dari banyak wawancara Lee Kuan Yew bukan orang yang sering mengucapkan kata "kalau saja" atau "seharusnya hal yang dilakukan." Pribadi yang selalu ditunjukkan oleh Lee Kuan Yew adalah seorang yang tidak memberi ruang pada penyesalan, dan bahkan menyiratkan bahwa penyesalan hanya untuk mereka yang "pengecut". 
10. Pengorbanan adalah titik awal untuk sukses.PM Lee pernah berkata bahwa ia mengagumi kerja keras dan kerjakeras ayahnya demi negara. "Ia dengan sangat luar biasa fokus pada obsesinya untuk membangun Singapura, membuatnya aman, lebih baik, dan menciptakan sesuatu untuk orang Singapura, bersama rekan kerjanya dan seluruh rakyat. Menurut saya itu sangat mengagumkan." Saudara lelakinya, Lee Hsien Yang juga berkata bahwa ayah mereka "selalu memiliki cinta yang besar pada Singapura di hatinya," - saat di rumah "selalu memiliki cinta yang besar pada anak-anaknya dan istrinya." Orang tua pun dapat mengajarkan pada anak mengapa pengorbanan diperlukan demi orang yang kita kasihi. Di akhir dari segalanya bukan "apa yang membuat saya bahagia" tapi lebih dari itu "apa yang saya kerjakan membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik."
Setelah selesai membaca artikel itu, bercampur dengan dokumentari yang aku tonton kemarin, sebagai orang tua dan guru, ini adalah satu introspeksi yang dalam buatku. Hidup itu seharusnya sederhana; tapi tidak pernah ada yang sederhana dari hal baik yang secara konsisten kita praktekkan dari menit ke menit, jam ke jam, hari demi hari, minggu, bulan, tahun, dekade. Itulah dedikasi. Selamat jalan, Lee Kuan Yew. Di perbincanganku dengan suamiku, aku berkata betapa Asia Tenggara pada khususnya berhutang budi pada Lee Kuan Yew atas teladan yang telah konsisten dilakukannya, dan ditunjukkannya pada Indonesia sebagai negara tetangga Singapura dan sesama negara ASEAN, meski mungkin dan pasti di negaranya sendiri ada yang tidak setuju dengan kebijakannya. Terima kasih, Mr. Lee.

Gambar dari: https://www.facebook.com/ChannelNewsAsiaSingapore/timeline

GURU TERBAIK



 
Ibu Guru Terbaik

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Enam belas tahun yang lalu, ada seorang ibu guru bernama Theresia berdiri di depan murid-murid kelas lima, sambil mengucapkan suatu kebohongan kepada murid-muridnya, dia mengatakan bahwa dia akan mencintai setiap anak didiknya tanpa pilih kasih!

Tetapi hal tersebut hanyalah ucapan belaka, karena di baris yang paling  depan duduk seorang siswa bernama Teddy Sidharta. Seorang siswa yang dekil dan tidak rapi serta tidak perhatian di saat pelajaran.

Sesungguhnya ibu guru Theresia sangat senang jika bisa menggunakan pena merah besarnya untuk membubuhkan coretan silang besar di atas kertas ujian Teddy. Kemudian di sebelah atas dari kertas ujian itu ia tulis dengan kalimat 'TIDAK LULUS'.

Suatu hari, ketika ibu guru Theresia sedang membaca dan memeriksa buku catatan dan saran-saran setiap murid. Dia merasa sangat takjub terhadap komentar-komentar yang telah diberikan oleh para wali kelas Teddy sebelumnya.

Komentar dari guru wali kelas satu: "Teddy adalah anak yang pandai, raut wajahnya selalu membawa senyuman, pekerjaan rumahnya sangat rapi, sangat berbudi bahasa, dia membuat orang-orang yang berada di sekitarnya menjadi senang!"

Komentar yang ditulis oleh guru wali kelas dua berbunyi: "Teddy adalah siswa yang terbaik. Teman-teman sekelasnya sangat menyukai dirinya. Tetapi ibu Teddy terjangkit penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Kehidupan yang harus dia jalani di rumah dapat dipastikan sangatlah sulit."

Guru wali kelas tiga berkomentar: "Kematian ibunya telah memberikan pukulan yang sangat berat bagi Teddy. Dia berupaya keras menunjukkannya, akan tetapi ayahnya tidak terlalu memperhatikannya. Jika tidak mengambil suatu tindakan, maka kehidupan dalam keluarga akan segera mempengaruhinya. "

Guru wali kelas empat menulis: "Teddy mulai mengalami kemunduran. Dia tidak
berminat sekolah. Dia tidak memiliki teman lagi. Sering kali tidur di dalam kelas."

Sampai di sini, ibu guru Theresia, wali kelas Teddy, baru mengerti duduk permasalahannya. Dia merasa sangat malu sekali. Yang lebih membuat ibu guru
Theresia merasa sedih adalah, pada saat perayaan hari Natal, dia telah menerima
bingkisan hadiah natal dari para muridnya yang dibungkus dan diikat dengan pita
yang sangat indah, kecuali bingkisan hadiah natal dari Teddy yang terbungkus kertas coklat biasa yang dibeli dari toko kelontong dan diikat dengan tali rafia.

Ibu guru Theresia menahan kesedihan dalam hatinya, membuka hadiah bingkisan Teddy di depan teman-teman seluruh kelas. Bungkusan itu ternyata berisi seutas gelang tangan dengan hiasan berlian palsu, dan di atas gelang tangan itu masih terdapat beberapa batu berlian yang tanggal.
Selain itu masih ada sebotol minyak wangi yang hanya tinggal seperempat botol saja.

Ada sebagian murid mulai mengejek bingkisan hadiah dari Teddy. Tetapi ibu guru Theresia tidak hanya memuji keindahan gelang tangan itu, dia juga mengenakan
gelang tersebut di tangannya, serta menyemprotkan sedikit minyak wangi di atas pergelangan tangannya.

Hari itu setelah usai sekolah, Teddy tidak segera pulang, dia tinggal paling akhir dan berkata kepada ibu guru Theresia, "Ibu guru, hari ini Anda harum persis seperti ibu saya!"

Menunggu setelah Teddy pergi, ibu guru Theresia menangis hampir satu jam lamanya. Sejak saat itu, ibu guru Theresia tidak lagi 'mengajar'. Dia tidak mengajar pelajaran membaca, tidak mengajar pelajaran menulis, juga tidak mengajar pelajaran berhitung, akan tetapi dia mulai mengajarkan pelajaran cara-cara mendidik anak.

Ibu guru Theresia mulai memperhatikan Teddy secara khusus. Sepertinya Teddy telah bangkit kembali dari keterpurukan. Ibu guru Theresia semakin menyemangati Teddy, reaksinya semakin cepat. Sampai pada akhir tahun ajaran, Teddy sudah menjadi salah satu anak yang paling pandai di dalam kelas. Walaupun ibu guru Theresia berkata dia akan menyayangi setiap anak asuh dengan sama rata, namun Teddy adalah murid yang paling dia sayangi.

Satu tahun kemudian, ibu guru Theresia menemukan secarik kertas di pinggir pintu, tulisan dari Teddy. Kertas itu mengatakan, ibu guru Theresia adalah ibu guru terbaik yang pernah dia temui selama hidupnya!

Enam tahun kemudian, ibu guru Theresia menerima lagi secarik kertas tulisan dari Teddy. Dia mengatakan bahwa dia sudah lulus SMA, nilai rapornya rangking tiga dari seluruh kelas. Dan ibu guru Theresia masih tetap adalah ibu guru terbaik yang pernah dia jumpai selama hidupnya!

Setelah lewat empat tahun, ibu guru Theresia menerima lagi surat dari Teddy, dia mengatakan bahwa kehidupan di dalam kampus sangat sulit, tetapi dia masih
tetap mempertahankan. Dan tidak lama lagi dia akan lulus dengan mendapatkan gelar sarjana terbaik dari universitasnya, dan ibu guru Theresia masih tetap guru yang terbaik yang pernah dia jumpai selama hidupnya, juga merupakan ibu guru yang paling dia sayangi.

Lewat empat tahun kemudian, datang sepucuk surat lagi. Kali ini Teddy memberitahukan bahwa setelah lulus dari universitas, ia akan melanjutkan sekolah untuk mengambil gelar yang lebih tinggi. Dalam suratnya tak lupa dia menuliskan ibu guru Theresia masih tetap adalah ibu guru yang terbaik dan paling dia sayangi selama hidupnya. Pada bubuhan tanda tangan pada akhir surat ini terdapat tulisan yang lebih panjang yaitu : Doktor dokter Teddy Sidharta.

Sampai di sini kisahnya masih belum habis. Coba Anda lihat, pada musim semi
tahun ini, datang lagi sepucuk surat. Teddy mengatakan dia telah menjumpai wanita pendamping hidupnya, dia akan menikah. Dia menjelaskan bahwa ayahnya telah
meninggal beberapa tahun yang lalu, oleh karena itu dia berharap ibu guru Theresia
mau menghadiri upacara pernikahannya, serta bersedia duduk di tempat yang disediakan bagi ibu dari mempelai pria.

Ibu guru Theresia mengabulkan harapan Teddy. Akan tetapi tahukah Anda? Di dalam upacara pernikahan itu, di luar dugaan Teddy, sang ibu guru Theresia mengenakan
gelang tangan yang berhiaskan berlian palsu dan menyemprotkan minyak wangi yang diberikan Teddy pada saat perayaan Natal enam belas tahun yang lalu.
Dalam ingatan Teddy, minyak wangi tersebut adalah yang dipakai ibunya pada saat
perayaan Natal terakhir bersamanya.

Di saat mereka saling berpelukan, Doktor dokter Teddy Sidharta membisikan dengan lirih di pinggir telinga ibu guru Theresia, "Ibu Theresia, terima kasih Anda telah mempercayai saya. Terima kasih Anda telah membuat saya merasakan pentingnya diri sendiri, membuat saya yakin memiliki kemampuan untuk berubah!"

Dengan berlinangan air mata ibu guru Theresia juga berkata lirih, "Teddy, dirimu keliru! Adalah dirimu sendiri yang telah membimbing ibu, membuat ibu yakin memiliki kemampuan untuk berubah. Karena pada saat ibu menjumpai dirimu, ibu baru mengerti bagaimana harus mengajar!" (The Epoch Times/lin)


Maret 2015.
Hampir satu tahun saya melupakan blog ini. bukan karena tidak ada ide untuk mengisi pendidik inovatif, cuma karena kurang pandai mengatur waktu saja. Ternyata tidak jaminan bahwa orang yang semakin tua usianya, makin bijak menggunakan waktunya.
Sekarang akhir Maret 2015, saya mulai menulis. sebuah  auto kritik

Pendidik yang inovatif, betul sebuah blogger yang kuharapkan menampung ide ide inovatif untuk mendidik anak bangsa
Nyatanya isi blog ini ku baca baca , ku ulang dan ku ulangi membacanya menurutku  kurang inovatif . Gak sesuai dengan namanya
Walaaah... nge les muncul " apalah arti sebuah nama"
Karenanya jika mau mengisi blog ini aku harus berinovasi, dapat merangsang  improvisasi pendidikan yang kuharap dapat menginspirasi pembaca.

Suatu waktu saya diminta menjadi nara sumber di sebuah pelatihan .
peserta mayoritas (98 %)  ibu -ibu yang memiliki anak balita. Topik seminar " membangun karakter anak melalui musik dan lagu. Sangat menyenangkan rupanya, dan peserta semua mengaku ini pertama sekali  bagi mereka mendapat kan materi tentang peranan musik dan lagu dalam membentuk karakter anak.
Banyak pertanyaan  tentang musik anak anak, menandakan keprihatinan para ibu ini akan semakin langkanya lagu lagu anak . Keperdulian terhadap tayangan media elektronik yang menyiarkan anak anak menyanyikan lagu lagu dewasa dan kurang pantas untuk se usia mereka.
Huih... prihatin saja tidak mengubah keadaan. Mungkin akan lebih baik jika semua ibu dan ayah memilih lagu yang cocok untuk dinyanyikan oleh anak. Berbekal lagu lagu anak ketika kita masih kecil seperti lagu "kupu kupu yang lucu" ambilkan bulan Bu, Paman dari Desa dan sebagainya.
Yang penting di ingat ialah pemaknaan lagunya harus tepat. Jangan sampai anak mengkritisi lagu, orang tua tidak dapat menjelaswkan.
Ini benar benar terjadi  cerita seorang sahabat yang mengajar anaknya  menyanyi . Lagu  "Ku pergi sekolah "
si Ibu mennyanyikan sambil mengajarkan kepada anaknya :
  O ibu dan Ayah selamat pagi, ku pergi belajar sampai  kan nanti
 Selamat belajar Nak, penuh semangat, rajinlah belajar tentu kau dapat
hormati guru mu , sayangi teman , itu lah tandanya kau murid budiman.

Si anak nyeletuk :" mom... salah... nyanyinya
si ibu heran .. apa yang salah nak?
bukan murid Bu Diman, aku murid Bu Siska!!
ha??? rupanya anak mengkritisi lagu dengan menyanyikan
 murid budiman , yang dianggap anaknya sebagai  Bu Diman ... maka dia bialang Bu Siska.

Musik memang unik, antara nada irama dan syair harus dicipta dan dimaknai secara kholistik. Salah salah bisa menjadi makna yang berbeda.
Lagu yang makna musik nya benar akan melekat di hati pendengar, kemungkinan memengaruhi perilaku yang menyanyikan.
Oleh karena itu sangat dianjurkan, agar para orang tua  memilih lagu yang tepat untuk diperdengarkan kepada anak anak.
Selamat memilih dan mengajarkan lagu anak anak.!