Kamis, 13 Oktober 2011

Renald Khasali menulis tentang Pendidikan di Indonesia


Benarkah Makin Berat, Makin Hebat?
oleh Rhenald Kasali*)

Sebagian besar pembaca mungkin dibesarkan dalam kultur ekonomi sulit, sehingga  kaya berbagai peribahasa, seperti: hemat pangkal kaya dan rajin pangkal pandai.
Kita bermain layang-layang, menangkap belut,bermain bersama anak-anak kampung
dengan tiada henti canda, tawa,dan keringat.

Bagaimana anak-anak sekarang? Lahan kosong berganti menjadi kebun sawit atau
perumahan mewah.Tak ada lagi lapangan badminton, arena bermain layang-layang dan
air yang mengalir bening. Tapi anak-anak punya mainan baru, Facebook,Twitter,Online Games, warung internet,dan bimbingan belajar.

Pergaulan fisik diganti dunia maya, statistik, dan ilmu berhitung diganti
kalkulator dan software. Dulu kita hanya belajar sembilan mata pelajaran,
sehingga masih banyak waktu untuk bermain. Bagaimana anakanak kita? Bukannya
dikurangi, melainkan semakin hari yang dipaksakan masuk ke dalam otak anak-anak
kita semakin banyak.

Sementara di Selandia Baru dan banyak negara maju anak anak sekolah hanya
mengambil enam mata pelajaran. Ketika mereka menganut spirit ”The Power of
Simplicity”, kita justru tenggelam dalam spirit benang kusut, ”kalau terlalu
mudah, tidak akan melahirkan kehebatan”.

Bukan hanya itu, di banyak negara, selain dirampingkan, mata ajar wajib juga
dibatasi hanya dua, selebihnya dijadikan pilihan yang dikaitkan karier.
Bagaimana di sini? Mata ajar yang banyak itu adalah mata ajar yang ”sakral”,
wajib diambil semuanya. Kesakralan itu sesungguhnya hanya semu, karena mata ajar
agama disamakan dengan berhitung dan sejarah ala kita, yaitu ala hafal-hafalan.

Ubah Cara Pandang

Namun, sewaktu saya bercerita bagaimana sekolah di Belanda, China, dan Selandia
baru,ada juga orangtua yang protes. Mereka tak menginginkan sekolahnya dibuat lebih
mudah. ”Sekolah itu memang harus sulit dan anak-anak harus berjuang”. Saya dapat
mengerti pandangan ini, karena anaknya termasuk cerdas, tuntas semua mata
pelajaran dengan nilai tinggi.

Namun, saya kurang mengerti bagaimana orang tua rela menyita seluruh waktu masa
muda anaknya hanya untuk belajar. Mendidik bukanlah untuk melahirkan orang-orang
yang tahu semua, tapi selalu bertanya, ”Saya harus melakukan apa?” Ini adalah
realita, semakin banyak ditemui orang tak bisa bekerja dengan prioritas.

Saya juga kurang mengerti kalau pendidik kurang memahami bahwa talenta dan
leadership merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan hidup.Untuk itulah,
talenta harus diasah, diberi ruang,dan waktu agar ia tumbuh.Leadership maupun
entrepreneurship diasah dari keseharian di luar bangku sekolah. Diuji dalam
interaksi kehidupan.

Tentu saya bertanya-tanya kalau pendidikan kita dibuat lebih ramping, apakah
benar menjadi lebih baik.Saya selalu teringat masa-masa memulai karier sebagai
penguji di program S-3.Saat seorang tua,kandidat doktor diuji, yang mengajukan
pertanyaan ada 13 orang hebat.

Namanya juga orang hebat, pertanyaannya pasti sulit bagi seorang pemula. Tetapi
semua penguji tidak puas, kandidat digoreng ke kiri, di-ongseng ke kanan hingga
nyaris hangus. Di ruang rapat semua menyatakan tidak puas.Sebagai doktor muda
yang baru kembali dari sekolah doktor, saya tak punya suara yang berarti. Saya
hanya bertanya, ”Beginikah cara Bapak-Bapak menguji seorang calon doktor?”

Semua orang terdiam, dan saya pun terkejut dengan pertanyaan saya. Beberapa
orang menatap tajam, karena mereka adalah mantan guru-guru saya dan terkenal di
hadapan publik.Karena malu telah berkata- kata bodoh,saya teruskan saja berkata
jujur. Saya katakan kita harus percaya diri.

Ujian dengan penguji sebanyak ini menunjukkan kita kurang pede.Lagi pula tak ada
yang bisa lulus dengan ujian seperti ini.Semua dosen hanya marah-marah karena
kepintarannya tak dimengerti orang lain, dan memberi saran yang saling
bertentangan. Saya pun mengatakan,andaikan saya yang diuji di sini, saya
beranij amin saya pun tidak akan lulus.

Pertanyaan ujian terlalu luas.Di Amerika Serikat,kita hanya diuji oleh empat
orang pembimbing, dan bila kita bingung, kita tidak dibantai, malah dibantu. Di
SLTA negara-negara maju,jumlah mata ajar memang ramping,tetapi sejak remaja mereka
sudah biasa membuat makalah dengan kedalaman referensi dan terbiasa bekerja
dengan metode ilmiah.

Demikianlah persekolahan kita. Bukannya disederhanakan, justru dibuat menjadi
lebih kompleks. Semua mata ajar kita anggap sakral. Buku ditambah. Subjek
ditambah. Guru juga ditambah. Saya kadang tak habis berpikir, bagaimana kita
bisa menghasilkan kehebatan dari keribetan ini.

Saya tentu tak akan protes kalau dengan sekolah yang ditempa kesulitan ini, kita
bisa pergi ke bulan. Fakta menunjukkan sebaliknya. Tidakkah kita bertanya,
jangan-jangan ada yang tidak beres dengan kurikulum persekolahan kita? Saya juga
bertanya-tanya, akankah anak-anak dididik dengan baik kalau hanya belajar enam
mata pelajaran seperti di Selandia Baru, Denmark, atau negara-negara industri
lainnya?

Namun, fakta yang saya temui ternyata pendidikan yang hanya fokus pada enam mata
pelajaran itu menempatkan pendidikan Selandia Baru terbaik keenam di dunia.Rasanya
di sana juga tak ada siswa yang kesurupan saat ujian, apalagi contekan massal.
Perlukah kita meremajakan cara berpikir kita?


*) RHENALD KASALI Ketua Program MM UI

Kamis, 22 September 2011

Kontradiksi pengalaman hidup

Sulit berinovasi, tapi tak lebih sulit mengubah persepsi.
mudah mengucapkan, namun tak semudah melakukan
gampang merencanakan, hanya saja tak semudah itu untuk melakukan
Siapa yang dapat meramalkan , belum tentu melihat kenyataan
  Kawan, adakah hatimu senang melihat dunia yang sedang gamang?
Apakah engkau turut merasakan  lingkunganmu yang kini sedang mengerang?
Tiada lagi kesejukan, apa lagi kebersihan , semua penuh kekotoran
Kotornya perilaku pengambil kebijakan, lebih kotor lagi  dari comberan
campur aduk antara kepentingan, idealisme dan egoisme
Mereka bukan lagi teladan, tak ada harapan untuk perbaikan
Bangsaku, negriku, akankah nasib mu lebih baik dari era tujuh puluhan?
Entahlah....

saat ini hari terindah

SAAT TERINDAH 
 
Saat-saat dalam hidup ketika kita  merindukan seseorang begitu dalam,
 hingga  ingin mengambilnya dari angan-anganmu,lalu memeluknya erat-erat!
 
Ketika pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka;
tetapi, seringkali kita memandang terlalu lama  pada pintu yang 
tertutup hingga kita tidak melihat pintu yang lain yang telah terbuka bagi 
kita.
 
Jangan percaya penglihatan; penglihatan dapat menipu.
Jangan percaya kekayaan; kekayaan dapat sirna.
Percayalah pada Dia yang dapat membuatmu tersenyum,
sebab hanya senyumlah yang dibutuhkan  untuk mengubah hari gelap 
menjadi terang Carilah Dia, yang membuat hatimu tersenyum. 
 
Angankan apa yang engkau ingin angankan;
pergilah kemana engkau ingin pergi; 
jadilah seperti yang engkau kehendaki, sebab hidup hanya satu kali dan   engkau hanya memiliki satu kesempatan  untuk melakukan segala hal yang engkau ingin lakukan.
 
Semoga engkau punya cukup kebahagiaan untuk membuatmu tersenyum,
cukup pencobaan untuk membuatmu kuat,
cukup penderitaan untuk tetap menjadikanmu manusiawi, 
dan cukup pengharapan untuk menjadikanmu bahagia.
 
Mereka yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki yang terbaik dari 
segala sesuatu;   mereka hanya mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam perjalanan hidup mereka.
 
Masa depan yang paling gemilang akan selalu dapat diraih dengan 
melupakan masa lalu yang kelabu; 
engkau tidak akan dapat maju dalam hidup hingga engkau melepaskan segala kegagalan dan sakit hatimu.
 
Ketika engkau dilahirkan, engkau menangis sementara semua orang di 
sekelilingmu tersenyum. 
Jalani hidupmu sedemikian rupa, hingga pada akhirnya engkaulah satu-satunya yang tersenyum  sementara semua orang disekelilingmu menangis.
Jangan hitung tahun-tahun yang lewat, hitunglah saat-saat yang indah. 
Hidup tidak diukur dengan banyaknya napas yang kita hirup; 
Melainkan dengan saat-saat di mana kita menarik napas bahagia!
Inilah hari terindah. 

Minggu, 21 Agustus 2011

Satya Lencana Karya Satya

Semula saya berfikir bahwa setiap detik yang kulalui dalam hidup ini adalah anugerah. Yang kutahu hanya satu anugerah, pemberian, berkat dan kasih setia.
Kemudian saya merenung dan merenung lagi, ternyata saya memperoleh banyak anugerah, sejak lahir hingga genap berusia 60 tahun. anugerah dipersunting oleh suami, anugerah memperoleh gelar akademis, anugerah memperoleh putra dan putri dan banyak lagi yang tidak mungkin saya tulis di sini. Terakhir di usia ke enam puluh tahun seiring dengan usia kemerdekaan RI ke 66 tahun, saya mendapatkan anugerah yang disebut dengan " Satya lencana karya 30 tahun" Wooouuu. rasanya hati ini campur aduk, adatanda tanya
" apa yang telah kuperbuat bagi bangsa ini? apakah setelah mendapatkan satya lencana ini masih ada yang dapat kulakukan bagi negeri ini? dan bagaimana agar penganugerahan satya lencana inimenjadi bermakna bagi orang orang yang menyaksikannya?
selain itu saya merenungkan lagi:" Ah.. ternyata yang memperoleh satya lencana ada 98 orang dari satu Kementerian di Kemdiknas. Yang mendapatkan satya lencana 30 tahun ada empat orang, termasuk saya . Ohhh beruntung sampai 30 tahun dapat berkarya sebagai pegawai negeri, setidaknya dapat memengaruhi gaji pensiun 75% gaji yang selama ini kuterima . Itulah salah satu keberuntunganku. Terima kasih Tuhan!
Sekarang saya sedang berpikir tiga langkah ke depan . Langkah pertama Tidak ada kata pensiun dalam berkarya; langkah ke dua usia 60 tahun berarti bijaksana dalam bertindak,langkah ketiga siapkan langkah untuk menuai , karena sawah sudah mulai menguning.Tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Saya akan mulai menuai.Itulah makna Satya lencana karya satya.

Minggu, 14 Agustus 2011

Apakah ibadah saya sudah benar benar ibadah?

Hari ini saya mengikuti dua kali ibadah. Subuh di HKBP Perumnas II Bekasi:Siang di Duta Injil Graha BIP Gatot Subroto.
Khotbah yang saya dapatkan benar benar menggugah saya untuk menuliskan ini sebelum terlupakan .Sebab saya sendiri merasa, sering ibadah di gereja dan mendengarkan khotbah , belum tentu berpengaruh dalam berperi laku yang memerdekakan.
Enam puluh tahun kurang dua hari usiaku sekarang. Saya rasa jika dikalikan 56 x minggu dalam setahun di kalikan 60 kali ibadah , belum termasuk hari hari besar seperti perayaan Natal, Jumat agung, paskah dan lainnya termasuk kebaktian wilayah, persekutuan wanita dan lainnya, kurang lebih 3360 kali saya telah mengikuti ibadah.
Setiap khotbah diakhiri dengan doa berkat " pulanglah dengan sejahtera" Saya bayangkan seandainya satu sifat kedagingan yang menghambat kesejahteraan dapat saya hilangkan dalam satu kali ibadah ,( sifat sifat kedagingan antara lain perilaku malas, marah,makian, sombong, egois, tidak sabar, kasar, menggerutu, tidak sabar, kurang ramah, berkata kasar, mendukakan hati teman, melawan dan seribu satu macam yang tidak rohani) wah... betapa bahagianya orang orang di sekitar saya.
Saya pasti menjadi khotbah yang hidup yang tak perlu bicara, sebab semua yang mengenal saya akan belajar dari pola hidup dan perilaku saya.
ternyata di usia yang ke enampuluh ini, saya belum mampu melepaskan sifat sifat ke dagingan itu .
Betapa malangnya aku ini,Berapa lama lagi saya dapat menikmati kehidupan ini dan apa yang harus kulakukan bila saatnya aku harus kembali ke alam baka?
Saya lalu teringat lagu gereja yang sering dinyanyikan almarhum bapa kami:"
Tudia ho .. dung mate ho? Alusi ma.. alusi ma!Jempek tingkim ujungna ro, tudia ho dung mate ho , sai pingkirma tu dia ho" ( Kemana kah kau jika meninggal?Jawablah kemana engkau? Waktumu di dunia singkat, ke mana kau setelah meninggal? Pikirkanlah ke mana kau pergi)
Hari ini saya disadarkan lagi, khotbah yang ku dengar dan kurenungkan menegur ku. Jika aku percaya kepada Yesus, maka aku akan diselamatkan, di merdekakan! Untuk menjadi orang percaya tidak cukup membaca, mendengarkan dan mengucapkan firman Tuhan, melainkan melakukan sesuai FirmanNya ,itu yang lebih berharga.Jika demikian saya menjawab pasti " Jika ajalku telah tiba, aku tidak akan toinggal lagi di dalam dunia yang fana, saya akan bersama Tuhanku di Sorga" Itulah jawabku!
Firman Tuhan yang memerdekakan! Selamat memperingati hari kemerdekaan RI , dan aku bertekad untuk merdeka dari sifat sifat kedaginganku.

Kamis, 11 Agustus 2011

Jumat ( Jiwaku Menyukuri Anugerah Tuhan )

Sang ini saya agak santai, jam 11.30 istirahat mengajar, memberi ruang dan waktu bagiku untuk merenung... menyendiri jauh dari keramaian dan sanak keluargaku.saya di kota Padang.
peserta diklatku anak anak muda calon pegawai negeri sipil, aktif , kritis dan bersemangat. Senang rasanya memfasilitasi kaula muda ini, harapanku mereka ini memegang prinsip idealisme menjadi pegawai dan aparatur negara yang bersih dan berwibawa kelak.Semangat belajar terpelihara dan termotivasi untuk belajar dan belajar.
Kesepian memberi ruang kelubuk hati merenungkan anugerah Tuhan, betapa menjelang usia pensiun yang tinggal menghitung hari ... saya masih diberi kesempatan untuk melanglang buana ke kota ini, mayoritas muslim penduduknya, tak seorangpun kristen yang terdaftar sebagai peserta, namun cinta dan kedamaian tercermin di perilaku dn wajah mereka. Terima kasih Tuhan!
Partisipatif salah satu metode yang saya terapkan, di suasana puasa sulit menghindarkan rasa mengantuk...nyatanya tak seorang pun yang ngantuk...hi hi hi... saya abadikan mereka dalam foto kenangan, termasuk hasil diskusinya.Evaluasi akhir menggambarkan daya serapnya cukup tinggi. Lagi lagi aku bersyukur.
Inilah anugerah yang kurasakan hari ini. Terima kasih Tuhan

Rabu, 10 Agustus 2011

Hari hariku dalam kenangan

"Namora tutu sangap Damang i.Ibana nampuna sude artai.Nang sere nang perak nang hepeng sude, tapuji Ibana, Unduk hita be>
Anak konan do ahu, ankkonna do ahu dibahen Tuhan Jesus anakkonna do ahu"
Sering kunyanyikan lagu ni ketika saya menghadapi pergumulan , khususnya mengenai ekonomi keluarga.
Tahun ini salah satu tantangan bagiku adalah "mewujudkan impian anakku untuk studi ke University of Notingham di United Kingdom.
Tentu saja membutuhkan biaya yang cukup besar menurut ukuran ekonomi kami. Antara iman dan fakta sekarang dipertaruhkan.Hari hari masa laluku sering mengalami hal yang sama, namun kali ini benar benar saya pergumulkan. Kucoba menghitung semua tabunganku..., ngak cukup ternyata.Lalu....?
Ah...mengapa mesti menyerah, pikir saya. Dulu dulu juga demikian, mulai merantau ke Jakarta, menjadi Kakak yang bertanggung jawab terhadap dua orang adek adekku yang masih sekolah... samai menikah...,punya anak, suami yang sakit sakitan, ...ah... phuihhh,untuk apa mengenang itu semua? pikirku.
BUat saya sekarang... semua harus tercukupi supaya anakku dapat mengikuti kuliah pada bulan September ini di U K. Tidak perduli per 1 September saya pensiun, tidak kuatir akan kehidupan di masa depan, karena Dia Juruselamatku yang berjanji dan
Saya menyanyi dan menyanyi lagi..." Na mora tutu ...dstnya.
Memang Bapa Ku Kaya, mulia, dan Dialah pemilik segalanya . Pasti Dia yang mencukupkannya. Berangkatlah anakku, capailah cita citamu untuk kemudian kamu terus memuliakan Tuhan dalam karya dan kuliahmu. Yesus besertamu.
Dia , Tuhanku, Yesusku , Penolongku

Kamis, 04 Agustus 2011

Benarkah Muatan kurikulum yang banyak memintarkan anak di Indonesia?

Pertanyaan yang tidak pernah dapat saya jawa sampai saat ini soal kurikulum pendidikan di Indonesia adalah " seberapa besar manfaat banyaknya mata pelajaran terhadap multi kecerdasan anak !
Saya berusaha mencari jawabannya , namun belum juga memuaskan . Tulisan Renald Kazali yang ini salah satu memicu saya untuk berpikir lanjut. Oleh karenanya saya kutip lengkap .
Benarkah Makin Berat, Makin Hebat?
oleh Rhenald Kasali*)

Sebagian besar pembaca mungkin dibesarkan dalam kultur ekonomi sulit, sehingga kaya berbagai peribahasa, seperti: hemat pangkal kaya dan rajin pangkal pandai.
Kita bermain layang-layang, menangkap belut,bermain bersama anak-anak kampung
dengan tiada henti canda, tawa,dan keringat.

Bagaimana anak-anak sekarang? Lahan kosong berganti menjadi kebun sawit atau
perumahan mewah.Tak ada lagi lapangan badminton, arena bermain layang-layang dan
air yang mengalir bening. Tapi anak-anak punya mainan baru, Facebook,Twitter,Online Games, warung internet,dan bimbingan belajar.

Pergaulan fisik diganti dunia maya, statistik, dan ilmu berhitung diganti
kalkulator dan software. Dulu kita hanya belajar sembilan mata pelajaran,
sehingga masih banyak waktu untuk bermain. Bagaimana anakanak kita? Bukannya
dikurangi, melainkan semakin hari yang dipaksakan masuk ke dalam otak anak-anak
kita semakin banyak.

Sementara di Selandia Baru dan banyak negara maju anak anak sekolah hanya
mengambil enam mata pelajaran. Ketika mereka menganut spirit ”The Power of
Simplicity”, kita justru tenggelam dalam spirit benang kusut, ”kalau terlalu
mudah, tidak akan melahirkan kehebatan”.

Bukan hanya itu, di banyak negara, selain dirampingkan, mata ajar wajib juga
dibatasi hanya dua, selebihnya dijadikan pilihan yang dikaitkan karier.
Bagaimana di sini? Mata ajar yang banyak itu adalah mata ajar yang ”sakral”,
wajib diambil semuanya. Kesakralan itu sesungguhnya hanya semu, karena mata ajar
agama disamakan dengan berhitung dan sejarah ala kita, yaitu ala hafal-hafalan.

Ubah Cara Pandang

Namun, sewaktu saya bercerita bagaimana sekolah di Belanda, China, dan Selandia
baru,ada juga orangtua yang protes. Mereka tak menginginkan sekolahnya dibuat lebih
mudah. ”Sekolah itu memang harus sulit dan anak-anak harus berjuang”. Saya dapat
mengerti pandangan ini, karena anaknya termasuk cerdas, tuntas semua mata
pelajaran dengan nilai tinggi.

Namun, saya kurang mengerti bagaimana orang tua rela menyita seluruh waktu masa
muda anaknya hanya untuk belajar. Mendidik bukanlah untuk melahirkan orang-orang
yang tahu semua, tapi selalu bertanya, ”Saya harus melakukan apa?” Ini adalah
realita, semakin banyak ditemui orang tak bisa bekerja dengan prioritas.

Saya juga kurang mengerti kalau pendidik kurang memahami bahwa talenta dan
leadership merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan hidup.Untuk itulah,
talenta harus diasah, diberi ruang,dan waktu agar ia tumbuh.Leadership maupun
entrepreneurship diasah dari keseharian di luar bangku sekolah. Diuji dalam
interaksi kehidupan.

Tentu saya bertanya-tanya kalau pendidikan kita dibuat lebih ramping, apakah
benar menjadi lebih baik.Saya selalu teringat masa-masa memulai karier sebagai
penguji di program S-3.Saat seorang tua,kandidat doktor diuji, yang mengajukan
pertanyaan ada 13 orang hebat.

Namanya juga orang hebat, pertanyaannya pasti sulit bagi seorang pemula. Tetapi
semua penguji tidak puas, kandidat digoreng ke kiri, di-ongseng ke kanan hingga
nyaris hangus. Di ruang rapat semua menyatakan tidak puas.Sebagai doktor muda
yang baru kembali dari sekolah doktor, saya tak punya suara yang berarti. Saya
hanya bertanya, ”Beginikah cara Bapak-Bapak menguji seorang calon doktor?”

Semua orang terdiam, dan saya pun terkejut dengan pertanyaan saya. Beberapa
orang menatap tajam, karena mereka adalah mantan guru-guru saya dan terkenal di
hadapan publik.Karena malu telah berkata- kata bodoh,saya teruskan saja berkata
jujur. Saya katakan kita harus percaya diri.

Ujian dengan penguji sebanyak ini menunjukkan kita kurang pede.Lagi pula tak ada
yang bisa lulus dengan ujian seperti ini.Semua dosen hanya marah-marah karena
kepintarannya tak dimengerti orang lain, dan memberi saran yang saling
bertentangan. Saya pun mengatakan,andaikan saya yang diuji di sini, saya
beranij amin saya pun tidak akan lulus.

Pertanyaan ujian terlalu luas.Di Amerika Serikat,kita hanya diuji oleh empat
orang pembimbing, dan bila kita bingung, kita tidak dibantai, malah dibantu. Di
SLTA negara-negara maju,jumlah mata ajar memang ramping,tetapi sejak remaja mereka
sudah biasa membuat makalah dengan kedalaman referensi dan terbiasa bekerja
dengan metode ilmiah.

Demikianlah persekolahan kita. Bukannya disederhanakan, justru dibuat menjadi
lebih kompleks. Semua mata ajar kita anggap sakral. Buku ditambah. Subjek
ditambah. Guru juga ditambah. Saya kadang tak habis berpikir, bagaimana kita
bisa menghasilkan kehebatan dari keribetan ini.

Saya tentu tak akan protes kalau dengan sekolah yang ditempa kesulitan ini, kita
bisa pergi ke bulan. Fakta menunjukkan sebaliknya. Tidakkah kita bertanya,
jangan-jangan ada yang tidak beres dengan kurikulum persekolahan kita? Saya juga
bertanya-tanya, akankah anak-anak dididik dengan baik kalau hanya belajar enam
mata pelajaran seperti di Selandia Baru, Denmark, atau negara-negara industri
lainnya?

Namun, fakta yang saya temui ternyata pendidikan yang hanya fokus pada enam mata
pelajaran itu menempatkan pendidikan Selandia Baru terbaik keenam di dunia.Rasanya
di sana juga tak ada siswa yang kesurupan saat ujian, apalagi contekan massal.
Perlukah kita meremajakan cara berpikir kita?


*) RHENALD KASALI Ketua Program MM UI

Sabtu, 23 Juli 2011

Orang bodoh yang sukses

Tulisan ini saya maksudkan untuk mengispirasi kawan kawanku yang pernah merasa gagal dalam dunia pendidikan formal. Karena ternyata sukses bukanlah ditentukan oleh keberhasilan Anda lulus dan mengantongi ijazah.
Saya berterima kasih kepada temanku Hasnani Isma yang mengirimkan tulisan ini , sorry kawan kalau ini saya muat di blogg ku.
"
ORANG SUKSES yang saya maksudkan di sini bukan mereka yang baru dapat "NASIB BAIK" terjaring dalam "PEMILU CALEG atau PILKADA" lantas mendadak berdompet tebal dan bergaya hidup "hedonis" . Namun mereka adalah Orang-orang sukses yang lebih suka BERBUAT BANYAK daripada ORANG KEBANYAKAN yg suka BERBICARA BANYAK dan lebih banyak berusaha MENINGKATKAN KAPASITAS DIRI melalui belajar dari kegagalan dari pada MENGUMBAR pisik agar DIANGGAP MEMILIKI KEKUATAN.
Kesuksesaan mereka bukan BENTUK KEBANGGAN atas STATUS SOSIAL atau KEBANGGAAN MATERIAL, karena KARIR mereka di AWALI dengan CEMOHAN, LEDEKAN dan HINAAN sebagai orang "BODOH" dari ORANG2 KEBANYAKAN. Namun mereka berhasil membuktikan 'kebodohan mereka" sebagai suatu cara yang berbeda dari ORANG KEBANYAKAN dalam usaha mencapai KESUKSESAN. Mereka membuktikan melalui "KEBODOHAN" mereka dapat mengalahkan semua rintangan dan kesulitan yang menghalangi mereka menuju keberhasilan, dan JADILAH mereka "ORANG ORANG yang dianggap BODOH" namun SUKSES menjadi MANUSIA JENIUS dan SMART dengan diikuti PENGHASILAN FINANCIAl yang lebih MAPAN dan SUSTAINABLE ketimbang yang dilakukan oleh ORANG KEBANYAKAN yg suka instant, hedonis dan senang bermimpi..............

1) Bill Gates
William Henry Gates III alias Bill Gates adalah orang terkaya dunia selama 13 tahun berturut-turut sejak 1995 sampai 2007. Dia adalah ketua umum perusahaan perangkat lunak Amerika Serikat, Microsoft Corp. Pada dasarnya, si Bill Gates ini memang anak yang cerdas. Gates belajar di Lakeside School, sekolah elit yang paling unggul di Seattle, dan meneruskan berkuliah di Universitas Harvard.
Lalu kenapa orang meledek dia bodoh? Karena Bill Gates gagal menyelesaikan kuliahnya di Harvard dan harus di DO alias Drop-Out. Saya ulangi.. di DROP-OUT! Tidak usah jauh-jauh lah, bayangkan saja apa kata orang tua dan orang-orang di sekitar anda bila anda harus kena DO dari kampus. Pasti banyak bunyi sumbang seperti: ‘Ah dasar memang dianya malas’, ‘Ah dasar memang dia bodoh’, ‘Ah, dasar memang dia ndak bakat jadi orang sukses’ dan lain-lain. Itu karena kebanyakan orang berkuliah bukan untuk mendapat ilmu, tapi untuk dapat titel. Bill Gates, harus mengorbankan kuliah dan kesempatannya mendapat titel untuk fokus kepada penulisan Microsoft BASIC, bahasa komputer terjemahan yang utama untuk sistem operasi komputer MS-DOS, yang akhirnya menjadi kunci pada kesuksesan Microsoft. Sekarang, jumlah kekayaan Bill Gates diperkirakan sebesar 18 trilliun dollar, yang belum juga bisa dibandingkan dengan pendapatan 20 orang pejabat korup terhormat dengan titel-titelnya yang sepanjang 10 senti.. Makan tuh titel.

2) Adam Khoo
Si Adam Khoo ini adalah seorang berkebangsaan Singapura. Beda dengan Bill Gates, si Adam Khoo ini memang terkenal ‘batu’, terutama dalam hal akademis. Saking gebleknya, dia sudah dikeluarkan dari sekolah di kelas 4 SD. Sesusah apa sih pelajaran di kelas 4 SD sampai harus dikeluarkan? Jadinya dia masuk ke SD terburuk di Singapura untuk terus melanjutkan sekolah. Saat pendaftaran masuk SMP, dia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, lagi-lagi dia harus masuk ke SMP terburuk di Singapura untuk melanjutkan sekolah. Dengan prestasi akademis yang kerdil ini, wajar saja dia menjadi bahan tertawaan teman-teman sejawatnya waktu itu.
Tapi kekurangaanya di dunia akademis tidak membuntukan ketajamannya di bidang bisnis. Adam Khoo memulai bisnisnya sejak umur 15 tahun. Kini dia bergerak di bidang bisnis training dan seminar. Bahkan di saat usianya baru 22 tahun, Adam Khoo sudah menjadi trainer tingkat nasional di Singapura dengan bayaran $10.000 perjam! Bayangkan saja, di umur 22 tahun saat semua orang masih disibukkan dengan ngeband, kuliah, dan mendaftarkan diri di bank-bank swasta, Adam Khoo yang dibilang bodoh sudah menghasilkan 100 juta rupiah perjam! Kini di usia 26 tahun, dia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset US$ 20 juta per tahun. Lalu bagaimana dengan teman-teman sejawatnya yang dulu meledek nilai akademis Adam? Menelan ludah! Makan tuh nilai akademis.

3) Mark Zuckerberg
Nama panjang orang ini memang bisa membuat lidah keseleo, jadi anda pasti setuju kalau saya cukup memanggilnya Mark saja. Nah, siapa si Mark ini? Anda pasti sudah akrab kan dengan situs jejaring sosial bernama Facebook tempat dimana anda berhubungan dengan kolega, atau tempat anda berusaha mencari jodoh, atau sekedar untuk memajang foto anda dengan narsisnya. Nah, Facebook adalah mesin pencetak uang bagi si Mark. Mark adalah pembuat situs Facebook dan sekarang masih menjabat sebagai CEO jejaring sosial tersebut. Mungkin anda pernah bertanya: “Kok Facebook didominasi warna biru mulu ya?” Itu karena si Mark ini ternyata buta warna hijau dan merah, dan warna terbaik yang bisa dia lihat hanya warna biru.
Lalu kenapa dia pernah dibilang bodoh? Karena si Mark nekat mengikuti jejak seniornya Bill Gates, yaitu di DO alias Drop-Out dari Harvard University. Tapi di DOnya dia bukan karena keasyikan dengan organisasi kampus atau sibuk ‘boya’ cewek-cewek junior, tapi sibuk mengembangkan situs jejaring sosial ini. Di saat teman-teman kampusnya masih sibuk dengan pertanyaan ‘Saya diterima kerja apa tidak ya?’, si Mark sudah menjadi milyarder termuda dalam sejarah, dan itu karena usahanya sendiri dan bukan karena warisan nenek moyang.

4) Thomas Alfa Edison
Kisah hidup Thomas Alfa Edison memang sangat mengharukan. Waktu kecil saya pernah meminjam buku otobiografi Thomas di sebuah perpustakaan umum, dan buku itu selalu berhasil membuat saya menangis. Karena selain kisahnya yang memang mengharukan, bukunya juga terlalu tebal hingga saya terkadang menangis karena kelelahan membaca..bleh. Siapa yang menyangka kalau sang penemu lampu adalah seorang yang agak tuli dan hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 bulan? Ketika berumur 4 tahun, Thomas Alfa Edison pulang ke rumah dengan membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya kemudian membaca kertas tersebut: “Tommy, anak Ibu, sangat bodoh. Kami minta Ibu mengeluarkannya dari sekolah,”
Tapi apa yang terjadi? Dengan bimbingan Ibunya, Thomas Alfa Edison dengan leluasa dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Di usianya yang relatif muda, Thomas sudah berhasil mengukuhkan temuan-temuannya. Hingga akhir hayatnya, Thomas tercatat memegang rekor 1.093 temuan paten atas namanya. Penghasilannya dari temuan-temuan tersebut pun lebih dari cukup untuk mendirikan perusahanya sendiri. Pada tahun 1928 dia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat atas semua temuan-temuan yang telah dia patenkan. Lalu nasib si guru yang dulu mengatai Thomas bodoh lewat suratnya? Boro-boro dapat penghargaan, namanya pun tidak pernah terdengar.

5) Abraham Linoln
Abraham Lincoln juga adalah salah satu contoh orang yang sukses dalam meladeni kegagalannya. Bayangkan saja, beliau mengalami kegagalan demi kegagalan dalam hidupnya selama 20 tahun!

Gagal dalam bisnis pada tahun 1831.
Dikalahkan di Badan Legislatif pada tahun 1832.
Gagal sekali lagi dalam bisnis pada tahun1833.
Mengalami patah semangat pada tahun 1836.
Gagal memenangkan kontes pembicara pada tahun 1838.
Gagal menduduki dewan pemilih pada tahun 1840.
Gagal dipilih menjadi anggota Kongres pada tahun 1843.
Gagal menjadi anggota Kongres pada tahun 1848.
Gagal menjadi anggota senat pada tahun 1855.
Gagal Menjadi Presiden Pada Tahun 1856.
Gagal Menjadi anggota Dewan Senat pada tahun 1858.
Kira-kira apa yang akan terjadi pada anda bila mengalami kegagalan demi kegagalan terus menerus selama puluhan tahun? Saya pribadi cuma punya 2 jawaban: Menyerah, atau gila. Wajar saja banyak yang menganggap dia bodoh jika terus memaksakan dirinya berada di dunia politik. Tapi kegagalan Abraham Lincoln dalam dunia politik tidak lantas membuat dia menyerah dan membuka counter pulsa kecil (karena memang handphone saja belum ada), dia terus maju walaupun pada tahun 1836 pernah terpuruk karena kegagalan-kegagalannya. Abraham Lincoln berhasil menjadi presiden Amerika ke -16 pada tahun 1980 dan juga sebagai salah satu Presiden tersukses dalam memimpin bangsanya, menghentikan perang saudara Amerika, dan menghapuskan perbudakan.
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari para ahli sukses di atas? Keberhasilan hanya bisa diraih dengan bertahan dari kegagalan. Dalam proses pencapaian kesuksesan, akan banyak rintangan dari luar, termasuk caci maki dari orang-orang anti-sukses disekitar anda. Tetaplah berani untuk menempuh jalan yang berbeda dari kebanyakan orang, dan tetap percaya pada potensi dan impian anda..
Maka sukses hanya soal waktu.

Rabu, 13 Juli 2011

Sukses karena gagal

Seorang temanku mengomentari diskusi kami lewat media elektronik ini :
Saya berpendapat bahwa orang yang sukses ialah orang yang mampu bersyukur di tengah suasana apa pun yang ia hadapi.
tetapi kawan ini berpendapat lain. ORANG SUKSES yang saya maksudkan di sini bukan mereka yang baru dapat "NASIB BAIK" terjaring dalam "PEMILU CALEG atau PILKADA" lantas mendadak berdompet tebal dan bergaya hidup "hedonis" . Namun mereka adalah Orang-orang sukses yang lebih suka BERBUAT BANYAK daripada ORANG KEBANYAKAN yg suka BERBICARA BANYAK dan lebih banyak berusaha MENINGKATKAN KAPASITAS DIRI melalui belajar dari kegagalan dari pada MENGUMBAR pisik agar DIANGGAP MEMILIKI KEKUATAN.
Kesuksesaan mereka bukan BENTUK KEBANGGAN atas STATUS SOSIAL atau KEBANGGAAN MATERIAL, karena KARIR mereka di AWALI dengan CEMOHAN, LEDEKAN dan HINAAN sebagai orang "BODOH" dari ORANG2 KEBANYAKAN. Namun mereka berhasil membuktikan 'kebodohan mereka" sebagai suatu cara yang berbeda dari ORANG KEBANYAKAN dalam usaha mencapai KESUKSESAN. Mereka membuktikan melalui "KEBODOHAN" mereka dapat mengalahkan semua rintangan dan kesulitan yang menghalangi mereka menuju keberhasilan, dan JADILAH mereka "ORANG ORANG yang dianggap BODOH" namun SUKSES menjadi MANUSIA JENIUS dan SMART dengan diikuti PENGHASILAN FINANCIAl yang lebih MAPAN dan SUSTAINABLE ketimbang yang dilakukan oleh ORANG KEBANYAKAN yg suka instant, hedonis dan senang bermimpi..............

1) Bill Gates
William Henry Gates III alias Bill Gates adalah orang terkaya dunia selama 13 tahun berturut-turut sejak 1995 sampai 2007. Dia adalah ketua umum perusahaan perangkat lunak Amerika Serikat, Microsoft Corp. Pada dasarnya, si Bill Gates ini memang anak yang cerdas. Gates belajar di Lakeside School, sekolah elit yang paling unggul di Seattle, dan meneruskan berkuliah di Universitas Harvard.
Lalu kenapa orang meledek dia bodoh? Karena Bill Gates gagal menyelesaikan kuliahnya di Harvard dan harus di DO alias Drop-Out. Saya ulangi.. di DROP-OUT! Tidak usah jauh-jauh lah, bayangkan saja apa kata orang tua dan orang-orang di sekitar anda bila anda harus kena DO dari kampus. Pasti banyak bunyi sumbang seperti: ‘Ah dasar memang dianya malas’, ‘Ah dasar memang dia bodoh’, ‘Ah, dasar memang dia ndak bakat jadi orang sukses’ dan lain-lain. Itu karena kebanyakan orang berkuliah bukan untuk mendapat ilmu, tapi untuk dapat titel. Bill Gates, harus mengorbankan kuliah dan kesempatannya mendapat titel untuk fokus kepada penulisan Microsoft BASIC, bahasa komputer terjemahan yang utama untuk sistem operasi komputer MS-DOS, yang akhirnya menjadi kunci pada kesuksesan Microsoft. Sekarang, jumlah kekayaan Bill Gates diperkirakan sebesar 18 trilliun dollar, yang belum juga bisa dibandingkan dengan pendapatan 20 orang pejabat korup terhormat dengan titel-titelnya yang sepanjang 10 senti.. Makan tuh titel.

2) Adam Khoo
Si Adam Khoo ini adalah seorang berkebangsaan Singapura. Beda dengan Bill Gates, si Adam Khoo ini memang terkenal ‘batu’, terutama dalam hal akademis. Saking gebleknya, dia sudah dikeluarkan dari sekolah di kelas 4 SD. Sesusah apa sih pelajaran di kelas 4 SD sampai harus dikeluarkan? Jadinya dia masuk ke SD terburuk di Singapura untuk terus melanjutkan sekolah. Saat pendaftaran masuk SMP, dia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, lagi-lagi dia harus masuk ke SMP terburuk di Singapura untuk melanjutkan sekolah. Dengan prestasi akademis yang kerdil ini, wajar saja dia menjadi bahan tertawaan teman-teman sejawatnya waktu itu.
Tapi kekurangaanya di dunia akademis tidak membuntukan ketajamannya di bidang bisnis. Adam Khoo memulai bisnisnya sejak umur 15 tahun. Kini dia bergerak di bidang bisnis training dan seminar. Bahkan di saat usianya baru 22 tahun, Adam Khoo sudah menjadi trainer tingkat nasional di Singapura dengan bayaran $10.000 perjam! Bayangkan saja, di umur 22 tahun saat semua orang masih disibukkan dengan ngeband, kuliah, dan mendaftarkan diri di bank-bank swasta, Adam Khoo yang dibilang bodoh sudah menghasilkan 100 juta rupiah perjam! Kini di usia 26 tahun, dia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset US$ 20 juta per tahun. Lalu bagaimana dengan teman-teman sejawatnya yang dulu meledek nilai akademis Adam? Menelan ludah! Makan tuh nilai akademis.

3) Mark Zuckerberg
Nama panjang orang ini memang bisa membuat lidah keseleo, jadi anda pasti setuju kalau saya cukup memanggilnya Mark saja. Nah, siapa si Mark ini? Anda pasti sudah akrab kan dengan situs jejaring sosial bernama Facebook tempat dimana anda berhubungan dengan kolega, atau tempat anda berusaha mencari jodoh, atau sekedar untuk memajang foto anda dengan narsisnya. Nah, Facebook adalah mesin pencetak uang bagi si Mark. Mark adalah pembuat situs Facebook dan sekarang masih menjabat sebagai CEO jejaring sosial tersebut. Mungkin anda pernah bertanya: “Kok Facebook didominasi warna biru mulu ya?” Itu karena si Mark ini ternyata buta warna hijau dan merah, dan warna terbaik yang bisa dia lihat hanya warna biru.
Lalu kenapa dia pernah dibilang bodoh? Karena si Mark nekat mengikuti jejak seniornya Bill Gates, yaitu di DO alias Drop-Out dari Harvard University. Tapi di DOnya dia bukan karena keasyikan dengan organisasi kampus atau sibuk ‘boya’ cewek-cewek junior, tapi sibuk mengembangkan situs jejaring sosial ini. Di saat teman-teman kampusnya masih sibuk dengan pertanyaan ‘Saya diterima kerja apa tidak ya?’, si Mark sudah menjadi milyarder termuda dalam sejarah, dan itu karena usahanya sendiri dan bukan karena warisan nenek moyang.

4) Thomas Alfa Edison
Kisah hidup Thomas Alfa Edison memang sangat mengharukan. Waktu kecil saya pernah meminjam buku otobiografi Thomas di sebuah perpustakaan umum, dan buku itu selalu berhasil membuat saya menangis. Karena selain kisahnya yang memang mengharukan, bukunya juga terlalu tebal hingga saya terkadang menangis karena kelelahan membaca..bleh. Siapa yang menyangka kalau sang penemu lampu adalah seorang yang agak tuli dan hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 bulan? Ketika berumur 4 tahun, Thomas Alfa Edison pulang ke rumah dengan membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya kemudian membaca kertas tersebut: “Tommy, anak Ibu, sangat bodoh. Kami minta Ibu mengeluarkannya dari sekolah,”
Tapi apa yang terjadi? Dengan bimbingan Ibunya, Thomas Alfa Edison dengan leluasa dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Di usianya yang relatif muda, Thomas sudah berhasil mengukuhkan temuan-temuannya. Hingga akhir hayatnya, Thomas tercatat memegang rekor 1.093 temuan paten atas namanya. Penghasilannya dari temuan-temuan tersebut pun lebih dari cukup untuk mendirikan perusahanya sendiri. Pada tahun 1928 dia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat atas semua temuan-temuan yang telah dia patenkan. Lalu nasib si guru yang dulu mengatai Thomas bodoh lewat suratnya? Boro-boro dapat penghargaan, namanya pun tidak pernah terdengar.

5) Abraham Linoln
Abraham Lincoln juga adalah salah satu contoh orang yang sukses dalam meladeni kegagalannya. Bayangkan saja, beliau mengalami kegagalan demi kegagalan dalam hidupnya selama 20 tahun!

Gagal dalam bisnis pada tahun 1831.
Dikalahkan di Badan Legislatif pada tahun 1832.
Gagal sekali lagi dalam bisnis pada tahun1833.
Mengalami patah semangat pada tahun 1836.
Gagal memenangkan kontes pembicara pada tahun 1838.
Gagal menduduki dewan pemilih pada tahun 1840.
Gagal dipilih menjadi anggota Kongres pada tahun 1843.
Gagal menjadi anggota Kongres pada tahun 1848.
Gagal menjadi anggota senat pada tahun 1855.
Gagal Menjadi Presiden Pada Tahun 1856.
Gagal Menjadi anggota Dewan Senat pada tahun 1858.
Kira-kira apa yang akan terjadi pada anda bila mengalami kegagalan demi kegagalan terus menerus selama puluhan tahun? Saya pribadi cuma punya 2 jawaban: Menyerah, atau gila. Wajar saja banyak yang menganggap dia bodoh jika terus memaksakan dirinya berada di dunia politik. Tapi kegagalan Abraham Lincoln dalam dunia politik tidak lantas membuat dia menyerah dan membuka counter pulsa kecil (karena memang handphone saja belum ada), dia terus maju walaupun pada tahun 1836 pernah terpuruk karena kegagalan-kegagalannya. Abraham Lincoln berhasil menjadi presiden Amerika ke -16 pada tahun 1980 dan juga sebagai salah satu Presiden tersukses dalam memimpin bangsanya, menghentikan perang saudara Amerika, dan menghapuskan perbudakan.
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari para ahli sukses di atas? Keberhasilan hanya bisa diraih dengan bertahan dari kegagalan. Dalam proses pencapaian kesuksesan, akan banyak rintangan dari luar, termasuk caci maki dari orang-orang anti-sukses disekitar anda. Tetaplah berani untuk menempuh jalan yang berbeda dari kebanyakan orang, dan tetap percaya pada potensi dan impian anda..
Maka sukses hanya soal waktu.

Selasa, 12 April 2011

Kiriman anakku

Siang ini aku buka email boruku, eehh dia kirim ini untukku.

A young wife sat on a sofa on a hot humid day,drinking iced tea and visiting with her mother. As they talked about life, about marriage, about the responsibilities of life and the obligations of adulthood, the mother clinked the ice cubes in her
glass thoughtfully and turned a clear, sober glance upon her daughter.

'Don't forget your sisters,' she advised, swirling the tea leaves to the bottom of her glass. 'They'll be more important as you get older. No matter how much you love your husband, no matter how much you love the children you may have, you are still going to need sisters. Remember to go places with them now and then; do things with them.'

'Remember that 'sisters' means ALL the women...your girlfriends, your daughters, and all your other women relatives too. 'You'll need other women. Women always do.'
What a funny piece of advice!' the young woman thought. Haven't I just gotten married?Haven't I just joined the couple-world? I'm now a married woman, for goodness sake! A grownup! Surely my husband and the family we may start will be all I need to make my life worthwhile!'

But she listened to her mother. She kept contact with her sisters and made more women friends each year. As the years tumbled by, one after another,she gradually came to understand that her mother really knew what she was talking about. As time and nature work their changes and their mysteries upon a woman, sisters are the mainstays of her life.
After more than 50 years of living in this world, here is what I've learned:
THIS SAYS IT ALL:
Time passes.
Life happens.
Distance separates.
Children grow up.
Jobs come and go.
Love waxes and wanes.
Men don't do what they're supposed to do.
Hearts break.
Parents die.
Colleagues forget favors.
Careers end.
BUT.........
Sisters are there, no matter how much time and how many miles are between you. A girl friend is never farther away than needing her can reach.
When you have to walk that lonesome valley and you have to walk it by yourself, the women in your life will be on the valley's rim, cheering you on,praying for you, pulling for you, intervening on your behalf, and waiting with open arms at the
valley's end.

Sometimes, they will even break the rules and walk beside you....Or come in and carry you out. Girlfriends, daughters, granddaughters, daughters-in-law, sisters, sisters-in-law, Mothers, Grandmothers, aunties, nieces, cousins, and extended family: all bless our life!

The world wouldn't be the same without women, and neither would I. When we began this adventure called womanhood, we had no idea of the incredible joys or sorrows that lay ahead. Nor did we know how much we would need each other.

Every day, we need each other still. Pass this on to all the women who help make your life meaningful.I just did. Short and very sweet:

There are more than twenty angels in this world. Ten are peacefully sleeping on clouds. Nine are playing. And one is reading her email at this moment.
Send this message to ten of your friends including me. If you get 3 replies, someone you love will surprise you.

Happy days!

Don't break this; it's working

Selasa, 05 April 2011

Renungan

RENUNGAN DALAM KERINDUAN ATAS JAWABAN DOA
Tuhan, tiga puluh enam tahun lalu,(2005) saya tidak pernah berpikir lagi tentang menikah apalagi akan memiliki anak . setelah saya pernah mengalami kegagalan cinta, selain tanggung jawab besarku membantu adek adekku sekolah sejak mama yang kami cintai kau panggil ke sisi Mu.
Dua tahun kemudian ternyata Tuhan padankan saya dengan seorang pria yang sebenarnya bukan kriteria yang pernah saya dambakan, semisal dapat bernyanyi, memainkan instrumen, aktivis gerja dan lainnya. Dialah suamiku yang setia menopang ,mendorong sekaligus mendidik saya menjadi lebih sabar, lebih kuat dan lebih tahan uji.
Karena suamiku yang sejak 31 tahun lalu tidak lagi dapat berperan sebagai pencari nafkah , campur aduk masalah yang harus kuhadapi.Kesehatan pysik nya yang rentan mempengaruhi kesehatan mental, membuat mudah tersinggung, sensitif dan peka terhadap semua situasi. Di satu pihak Dia menjadi figur ayah yang memimpin keluarga, di lain fihak Dia seorang yang lamban dalam mengambil keputusan , namun profil dan penampilan bagai Direktur perusahaan , selalu tampil rapih dan tidak pernah suka melihat ketidakteraturan.
Seiring berjalannya waktu, karir saya sebagai pegawai negeri menuntut waktu dan pikiran yang serius, persaingan yang besar selain perlakuan yang sering diskriminatif harus kuhadapi , tetapi peluang untuk maju terpampang di hadapanku. Terkadang suamiku cemburu…, berprasangka negatif jika saya sering pulang terlambat, bepergian ke luar kota dan tidak dapat menghubungi mereka dari jauh.( saat itu tidak ada handphone dan komunikasi masih terkadang sulit di daerah.
Tuhan , apa yang kau inginkan dariku? Mampukah saya melewati ini semuanya? Kebutuhan anak anakku harus kupenuhi, mereka harus sekolah , tidak ada yang dapat kuberikan selain kasih sayang , perhatian dan doa. Mereka kau titipkan kepada kami. Kami ingin mereka berhasil melewati masa masa sulit dalam hidupnya kelak. Tentang suamiku, Saya akan buktikan janjiku “ akan setia sampai maut memisahkan kami” Apapun keadaannya akan kubuktikan “ Dia (suamiku) adalah kepala keluarga yang harus kuhormati, tidak boleh seorang pun menganggap dia rendah. Itulah kesetaraan gender dalam keluarga. Saya menjadi perempuan ibu karir dan suamiku menjadi laki laki( ayah) rumahtangga. Tanpa suami yang setia, tidak mungkin saya menyelesaikan studi S2, tidak mungkin pula saya dapat mengikuti pendidikan di Kiyoto dan Saitama Ken ( Jepang) bahkan sampai ke Manheim( Jerman) , dan menjadi delegasi RI untuk program Earlychild Development , UNICEF DAN UNESCO , mulai di Singapore, Ilo ilo city ( Philipine); Bangkok ( Thailand) ; Hanoi, Chiang Rai ( Vietnam); Kuala lumpur ( malaysya) . Hampir seluruh provinsi di Indonesia sudah aku jalani dalam melaksanakan tugas sebagai penanggung jawab program pemberdayaan perempuan, masa saya tidak berdaya membangun keluarga ini menjadi bahagia dan harmonis? Aku janji Tuhan!
Seorang Bapa yang mendampingi dan mengawasi anak anak kami .Dialah suamiku yang menghantarkan anak anaknya ke sekolah, kursus, latihan paduan suara hingga anak anakkku Engkau hantarkan keliling dunia Ke Manila, (Philiphin) ,Singapore; Jerman, Amerika, Holland, menyanyi dalam paduan suara, mengikuti kompetisi nasional maupun internasional, Asean bahkan Dunia. Terima kasih Tuhan!
Anak anak kami sudah berhasil dalam pendidikan, tanpa susah payah mereka mendapatkan pekerjaan ,kini mereka telah dewasa, bahkan sudah matang dalam usia, kami sudah menikmati sebagian dari jerihpayah mereka, bahkan mereka sudah dapat menyekolahkan dirinya sendiri melanjutkan pendidikannya hingga ke strata 1. Anggaran pendidikan kami yang terbatas tidak jadi penghalang meski merka hanya sampai program diploma 3. Terima kasih Tuhan!
Kini usiaku sudah menjelang pensiun, saya merenungkan betapa kasih setia Tuhan senantiasa membimbing keluarga kami. Apa yang telah kuberikan pada Mu Tuhan? Apa yang telah dapat kami persembahkan bagi kerajaan Tuhan di dunia ini? Melalui pekerjaan dan karya kami mendapat berkatMu, rumah yang nyaman, lingkungan yang aman, kendaraan pribadi, tetangga yang semuanya saling mengenal dan ramah serta kebebasan beribadah semua enkau berikan. Terima kasih Tuhan!
Oh iya satu lagi Tuhan , saya ingat janji kami waktu membawa anak anak kami dalam babtisan kudus, Membawa dan mengajak mereka ke gereja KRISTEN PROTESTAN. Ya Tuhan saya melakukannya hingga mereka lepas sidi , masa kuliah sampai selesai kuliahnya. Mereka bertumbuh dalam iman kristiani dan ajaran protestan, tetapi sekarang harus aku akui bahwa sebagian besar waktu mereka kini dalam beribadah tidak lagi bersama sama dengan saya dan suamiku di gereja Kristen Protestan.
Salahkah saya Tuhan? Suamiku sering berkata, “ingatkan anak anak akan masa lalunya, pergi dan pulang selalu ke gereja bersama, apapun yang kita doakan , Tuhan kabulkan! Sekarang doa kita mohon agar Tuhan menunjukkan , mengirimkan pasangan hidup untuk anak anak kita, belum terjawab, usiaku hampir 67 tahun, kapan lagi kita bersama seperti dulu lagi? Iman saya merindukan kebersamaan pergi ke Gereja seperti dahulu akan terjadi, jika tidak bisa setiap minggu, sekali sebulan, atau sekali tiga bulan, bahkan sekali enambulan, sekali setahun pun, sudah jarang sekali bersama sama. Apakah Paskah tahun ini masih Tuhan izinkan kita beribadah bersama di gereja kita? Demikian keluhan suamiku. Aku mohon Tuhan!
Tuhan ! ampuni saya, tolong saya Tuhan menepati janji itu. Berilah jawab atas Doa ku ini. Terima kasih Tuhanku!AMIN
Bekasi , 28 Maret 2011

Jumat, 18 Maret 2011

Menghantarkan anak menjadi orang yang berdaya juang

MENGHANTARKAN ANAK MENJADI ORANG YANG BERDAYA JUANG
Hampir semua media televisi menayangkan peristiwa tsunami yang terjadi di Jepang bagian timur dengan kekuatan 9.0, Menurut para ahi ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia. Pusat gempa tepat berada 130 kilometer (km) di lepas pantai timur kota Sendai atau 400 km di timur laut kota Tokyo pada kedalaman 24,4 km.Beberapa tahun lalu Indonesia mengalami gempa tsunami juga, tetapi tidak separah kejadian di Sendai Jepang.
Hampir semua media ,elektronik maupun media cetak menyatakan salut kepada pemerintah Jepang serta semua masyarakat Jepang menghadapi bencana hebat tersebut, kesiapan masyarakatnya, kepiawaian pemerintah Jepang memberikan semangat kepada masyarakat, himbauan himbauan bersifat motivasi dan keprihatian tak ketinggalan, lebih lagi kekompakan awak media elektronik yang tidak menayangkan semua kejadian pilu, mengerikan,dan menyedihkan, meski diperkirakan lebih dari 20 000 orang penduduk nya hilang.
Koq bisa ya?
Apa yang menyebabkan bangsa Jepang begitu tegar?apakah filsafat hidup orang jepang mempengaruhi pola pikir dan semangat juang mereka?
Saya menyalin tulisan pada milis sekolah rumah tgl 14 Maret 2011. Saya pikir relevan dengan cara bagaimana menghantarkan anak Indonesia agar memiliki daya juang dan semangat pantang menyerah….. .( bukan plagiat , benar benar saya terinspirasi membaca artikel ini)
Say YES to GAMBARU!
by Rouli Esther Pasaribu on Monday, March 14, 2011 at 10:02am.

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di
Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik
darah penghabisan. Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof,
kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi),
taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang
bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan
lebih lagi). Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain
selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.

Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau
ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja. Menurut kamus bahasa jepang
sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan)

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan
"mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah
"mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus
mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya
jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam
hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang,
persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa
orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. Bahkan anak umur
3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di
musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja terhadap cuaca dingin, di dalam
sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai
itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat
mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan
alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu
sendiri. Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw
ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama
ayo berjuang, mama ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru
sampe titik darah penghabisan it's a must!

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam
hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di
jepang bagian timur. Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh,
nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga
bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang
kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi
dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.

Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik
kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai
ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. Bahkan untuk skala bencana sebesar
ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik
latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang
berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak
punya harapan. Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu
habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka
tidak punya harapan.

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana,
gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV. Nyari-nyari
juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga
gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video
klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV. Jadi yang ada
apaan dong?

Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada
2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana
(termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan
tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)
3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman
listrik terencana
4. Tips-tips menghadapi bencana alam
5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam
6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena
bencana
7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang
terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai
banget harganya)
8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan
tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi
(government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara
harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati
9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati :
*ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap
tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian :
gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari
istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)
*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita
mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;
Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang
yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala
gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan :
kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar
biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya
keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah
gambaru-nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain
GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan
dalam hidup.

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental
yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada
umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....I
guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri
kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju. kalau
ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup,
sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup
yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. Jika diperjelas lagi, ngga berani
bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah,
main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah
nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa
gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2
atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung.
Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo
mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang
ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga
akan bisa survive di sini. Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya
sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.

Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan
ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah
sepenuhnya. Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan
mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go
international dan sejenisnya itu. Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya
itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap
berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang
ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang. Dan gw bersyukur ada di sini,
saat ini.

Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, di mall,
di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw
tidak akan lagi merasa muak jiwa raga. Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah
hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo
oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni,
gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu.
(Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti
dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari,
agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya,
orang-orang Jepang).
Moga moga teman temanku semua menanamkan motto Gambaru dalam mendidik anak anak kita. Agar tidak menjadi manusia cengeng, rentan dan rapuh….